Tumbuhkan bakatmu!


Wujud Cinta yang jadi Jembatan Keberhasilan Ananda

Jika kita renungkan, Allah sejatinya memberikan kesempatan yang sama ketika anak-anak lahir untuk menjadi calon penghuni surga. Nabi Nuh yang hidup sedemikian lama, tidak cukup meyakinkan anaknya untuk ikut naik ke perahu sebelum banjir datang. Keluarga Fir'aun yang demikian suram tidak menjadi faktor pengunci bagi anak angkat Asiyah; yang kemudian Allah takdirkan menjadi Nabi. Atau, seorang Naja, bocah asal Mataram dengan kelumpuhan otak saat kecil justru selesai menghafalkan 30 Juz pada umur 8 tahun. Maka, kita perlu melakukan sesuatu atas kesempatan yang Allah berikan itu.

Mungkin kita lupa bahwa cinta bukanlah satu-satunya cara untuk menjemput masa depan anak yang lebih baik dari kita. Kita perlu menunjukkan cinta itu menjadi usaha. Anak-anak mungkin sungkan menunjukkan rasa terima kasihnya saat kita menjemput dan mengantar mereka ke tempat belajar. Merekapun barangkali lupa bahwa perjanjian kita dengan mereka saat akhirnya kita memberikan akses terhadap gadget itu hampir menyerupai alat tukar antara hadiah tersebut dengan semangat belajar untuk ASPD. Namun, berbagai campur tangan yang ikhlas dari ayah dan bunda tidaklah mungkin tidak Allah saksikan sebagai bukti tanggungjawab kita memilih untuk berkeluarga. Tak ada yang tak ingin anaknya lebih berhasil melalui ikhtiar.

Tentu, tidaklah mungkin hanya terdapat satu faktor penentu keberhasilan anak kita. Tidak mungkin pula seluruh jerih payah kita dalam melindungi anak membuat mereka selamat dari seluruh kemungkinan mara-bahaya. 'Toh kita sendiri tidak pernah benar-benar tahu apa yang anak kita lakukan saat kita tak bersama mereka. Namun, justru, dalam rangka menyambut takdir-takdir yang baik bagi putra-putri kita, diupayakanlah semua usaha yang dapat kita lakukan. Tidak ada jalan lain selain berkompromi dengan kelelahan kita dalam memberikan pendidikan yang baik. Ini semua demi agar pepatah Jawa "Anak Polah Bapa Kepradah" tidak secara diam-diam kasak-kusuk merangkak dari kejadian-kejadian dalam media massa, tiba-tiba hadir menjelma menjadi tragedi yang hadir di ruang tengah rumah kita.

Siswa-siswa kelas VI meminta sungkem kepada orang tua (Risky)

Siswa-siswi kelas VI meminta "sungkem" kepada orang tua

***

Tulisan ini merupakan intisari ceramah pengajian Sabtu (18 Mei 2024) di Masjid Al-Mustaqim yang disampaikan oleh bapak Ustadz H. M. Sholihuddin, M.A. (xmhxr)

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya

Strawberry yang Tangguh

(YOGYAKARTA, 10/02/2024) Selayaknya oleh-oleh dari tanah parahyangan yang manis dan menarik ini, begitu pulalah Bunda Cinta mengilustrasikan tampilan kasat mata generasi Z. Strawberry y

10/02/2024 08:09 - Oleh Administrator

Parenting Class - Mom and Dad are My Hero

Yogyakarta (7/1/2023) Diprakarsai oleh para wali murid kelas 2, acara seminar parenting mujonta diadakan dengan tajuk "Mom and Dad are My Hero". Seminar ini dihadiri oleh orang tua dan

17/01/2023 11:53 - Oleh Administrator