Pengajian Bulanan SD Mujonta Angkat Tema Wakaf & Sedekah Jariyah

Yogyakarta, Jum’at, 12 September 2025 M / 20 Rabiul Awal 1447 H – SD Muhammadiyah Jogokariyan Yogyakarta (Mujonta) kembali menggelar kegiatan Pengajian Bulanan. Acara yang berlangsung di Joglo Baiti Jannati Kampus 2 SD Mujonta ini diikuti oleh wali murid dan GTK SD Mujonta dengan mengangkat tema “Wakaf & Sedekah Jariyah”.

Kegiatan diselenggarakan oleh Bidang ISMUBA SD Mujonta bekerja sama dengan wali murid kelas 6. Rangkaian acara diawali dengan tadarus Al-Qur’an yang dipimpin oleh murid kelas 6, dilanjutkan sambutan Kepala Sekolah, dan kemudian masuk pada inti acara yaitu pengajian.

Pesan Kepala Sekolah

Dalam sambutannya, Kepala Sekolah SD Mujonta, Bu Fika, menekankan pentingnya membiasakan salam, senyum, dan sapa sebagai habit positif di sekolah. Ia juga mengingatkan agar pendidikan tidak hanya berorientasi pada intelektual semata, tetapi juga harus seimbang dengan nilai-nilai religius.

“Belajar adalah kewajiban yang harus dibiasakan sejak dini, sekaligus memperkuat literasi dan numerasi anak. Dengan membangun karakter, Mujonta berharap bisa melahirkan generasi emas 2045,” ujarnya.

Beliau juga memohon doa restu dari para wali murid agar pembangunan gedung sekolah dapat berjalan lancar dan memberi manfaat lebih luas bagi pendidikan.

Kajian Utama: Wakaf & Sedekah Jariyah

Kajian utama disampaikan oleh Ust. Dr. Jarot Wahyudi dari Majelis Wakaf PWM DIY. Beliau menyampaikan bahwa wakaf dan sedekah jariyah merupakan amal yang tidak terputus meskipun seseorang telah wafat.

Ustadz Jarot menukil firman Allah dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 92:

لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali Imran: 92)

Beliau juga menyampaikan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA:

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim)

Dalam penjelasannya, beliau menekankan bahwa wakaf tidak perlu menunggu kaya. “Bahkan dengan seribu atau dua ribu rupiah, seseorang sudah bisa berwakaf. Yang terpenting adalah keikhlasan dan manfaatnya untuk umat,” tegasnya.

Selain itu, wakaf juga harus diarahkan pada hal-hal yang bersifat abadi, seperti pembangunan masjid dan sekolah, sehingga pahalanya terus mengalir sepanjang masa.

Penutup

Pengajian bulanan ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran kepada wali murid dan guru tentang pentingnya wakaf dan sedekah jariyah sebagai investasi akhirat. Lebih dari itu, kegiatan ini juga menjadi penguat semangat untuk mendidik generasi Mujonta agar tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas, religius, dan berkarakter mulia.